Sengkarut Masalah Budaya (2)

JIKA sebelumnya, Pojok Literasi Indonesia membahas kebudayaan menurut perspektif Bung Karno. (Baca: Sengkarut Masalah Budaya 1). Maka kali ini, penulis akan menampilkan kajian budaya menurut Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.

Menurutnya, kebudayaan merupakan buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Karena itu, pemilik nama asli R.M Suwardi Suryadiningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah instrumen penting yang berkaitan erat dengan pendidikan.


Atas derasnya gempuran budaya asing yang kian menggerus budaya asli Indonesia, Pendiri Taman Siswa ini menelurkan teori Trikon sebagai jawabannya. Trikon (3 kon-) yang ia maksud adalah kontinyu, konverger, dan konsentris. Lewat konsepsi Trikon ini pula, Ki Hajar bermaksud agar budaya asli Indonesia tetap lestari.


Lalu apa yang dimaksud dengan Trikon?
1. Kontinyu, artinya uppaya pelestarian kebudayaan asli Indonesia harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Teori ini bisa diimplementasikan melalui pengajaran muatan lokal di sekolah-sekolah, juga dengan menjaga tradisi, upacara-upacara adat, pementasan kesenian daerah, dan lainnya.


2. Konverger. Dalam hal ini, Ki Hajar mengajak agar Indonesia tidak perlu takut dengan masuknya budaya asing. Namun demikian, akulturasi tersebut harus terjadi secara perlahan tanpa paksaan (adaptif). Ki Hajar menilai, semua kebudayaan pasti memiliki nilai positif. Karenanya, Indonesia harus bisa memilih dan memilah value tersebut dan memadukannya dengan budaya Indonesia. "TAKE THE GOOD VALUE," kata dosen penulis.


3. Konsentris, artinya dalam pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di jagat raya ini, Indonesia harus berusaha menyatukan budaya nasional dengan kebudayaan dunia. Dengan catatan, Indonesia harus tetap memegang karakter dan kepribadiannya sendiri, budaya yang Pancasilais.


Terakhir, penulis menilai, teori Trikon ini sebenarnya tidak hanya ditujukan untuk kebudayaan saja. Lebih jauh, teori ini bisa juga diaplikasikan pada aspek politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan lainnya.
Jujur atau tidak, saat ini kondisi politik, ekonomi dan kebudayaan Indonesia sangat memprihatinkan. Ekonomi tidak mandiri, politik tidak berdaulat, dan budayanya jauh dari kepribadian bangsa. (cho)

1 komentar:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.cc

    BalasHapus

Terimakasih